1.1 Berbagai Masalah Menyusui
Proses menyusui memang tidak selamanya berjalan mulus.
Akibatnya, payudara membengkak atau
meradang.
A. Payudara membengkak
Terjadi sekitar 2-3 hari setelah
melahirkan. Biasanya payudara membengkak
gara-gara meningkatnya aliran darah ke payudara dan mulainya produksi ASI. susu bengkak bisa bikin puting susu
jadi rata, sehingga bayi sulit menyusu. Gangguan akan berkurang dalam waktu
24-48 jam. Untuk mengatasinya, sering
menyusui bayi sampai payudara
betul-betul kosong, jangan pakai BH yang ketat, kompres payudara dengan air
dingin, pijat-pijat payudara sebelum menyusui, dan lainnya.
B. Payudara meradang
Gangguan ini dikenal juga sebagai
mastitis.Umumnya , terjadi 2-6 minggu setelah melahirkan akibat adanya infeksi
bakteri serta pemakaian BH yang terlalu ketat.Gejalanya Payudara membengkak,
agak kemerahan, demam, dan merasa sangat lelah.Untuk itu, kompres payudara
dengan air hangat dan susui si kecil sesering mungkin.Segera ke dokter bila
radang cukup parah dan timbul abses (nanah) pada payudara.Bisa jadi perlu operasi untuk mengeluarkan nanah
tersebut.
C.Puting Susu
Selain payudara, puting susu juga sering jadi sasaran
masalah. Dan ternyata, cukup mengganggu juga bila dibiarkan berlarut-larut.
a.Puting susu
datar
Kelainan bawaan ini terjadi karena pelekatan mengakibatkan
saluran susu lebih pendek dan menarik puting susu ke dalam. Tarik puting susu keluar dengan jari tangan,
tahan selama beberapa waktu. Lakukan ini sebanyak 2 kali sehari. Atau, gunakan
alat bantu, seperti nipple shields dan breast shields. Bisa juga, puting susu
“direndam” dulu ke dalam air hangat sebelum menyusui, lalu tarik-tarik puting
susu keluar.
b.Puting susu nyeri
Ini
karena tidak pasnya posisi mulut bayi saat menyusu.Umumnya terjadi pada
hari-hari pertama menyusui.Bila tidak nyeri-nyeri amat, terus saja menyusui bayi. Agar nyeri berkurang, oleskan
sedikit ASI pada puting susu dan sekitarnya atau kompres payudara dengan air
hangat sebelum menyusu. setelah menyusui, oleskan lagi ASI pada payudara, lalu biarkan kering.
Biar puting susu tetap kering, pilih-pilih BH (bahan menyerap keringat, seperti
katun) dan juga sering-sering mengganti BH.
D.Jumlah ASI
Menyusui melibatkan proses menghasilkan dan mengeluarkan ASI.
Biar pemberian ASI lancar, kedua proses itu harus berjalan seimbang. Tidak
kekurangan, tidak juga berlebihan.
a. ASI kurang
Tidak sulit untuk menduga penyebabnya.Umumnya, terjadi karena
tidak optimalnya kegiatan menyusui dan karena stres. Jadi, perbaiki dulu proses menyusui , seperti cari
cara dan posisi menyusui yang paling nyaman, sering-sering menyusui, dan
sebagainya. Stres bisa diatasi dengan membenahi gaya hidup, seperti cukup
istirahat, rajin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan
sebagainya.
Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI
kurang, yaitu :
- Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram. (dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan bayi masih boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah kembali ke berat badan semula), sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500 gram per bulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 minggu.
- Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam / menyengat, dengan kekerapan kurang dari 6 kali per hari.
Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan
diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu :
1.Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah :
a) tidak melakukan inisiasi menyusu dini
b) menjadwal pemberian ASI
c) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum
sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot
d) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat
menyusu
e) tidak
mengosongkan salah satu payudara saat menyusui
Ibu sebaiknya tidak
menjadwalkan pemberian ASI.Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan
bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali per
hari.Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang
bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
Produksi ASI juga dapat
berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar.Pada minggu pertama kelahiran
seringkali bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang
bayi supaya tetap menyusu dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar
bayi tetap mengisap.
Penggunaan kempeng akan
membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak tepat dan sering
menimbulkan masalah “bingung puting”. Pemberian makanan pendamping pada bayi
sebelum waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi ASI.Bayi menjadi
cepat kenyang dan lebih jarang menyusu.Posisi dan perlekatan mulut bayi saat
menyusu juga mempengaruhi pengeluaran ASI. Posisi dan perlekatan yang baik
dapat dibaca selengkapnya di bab Manajemen Laktasi.
2. Faktor Psikologis Ibu
Persiapan psikologis ibu
sangat menentukan keberhasilan menyusui.Ibu yang tidak mempunyai keyakinan
mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASI nya berkurang.Stres,
khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam
mensukseskan pemberian ASI eksklusif.Peran keluarga dalam meningkatkan percaya
diri ibu sangat besar.
3. Faktor Fisik Ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu
sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain
yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok,
atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.
Khusus untuk ibu menyusui
yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui. Ibu yang
sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau mendapat penyinaran zat
radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui. Sedangkan, ibu penderita infeksi
HIV memerlukan pendekatan khusus.
Bila ibu dirawat di rumah
sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga dapat tetap menyusui. Bila ibu merasa
tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan
memberikan ASI perah tersebut dengan cangkir kepada bayinya.
Bila keadaan memungkinkan
atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali dan bila perlu dilakukan
proses relaktasi.
Segera konsultasi ke dokter
untuk memastikan hal tersebut.apabila obat tersebut tidak dapat diganti dengan
jenis obat lain, maka untuk sementara dianjurkan memberikan susu formula kepada
bayinya dan konsultasi ke klinik laktasi rumah sakit terdekat.
4. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala
yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan
kelainan bawaan.
5. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
Ibu sering kurang memahami
tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana
ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang
baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan
optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari
bayinya.
Bila bayi terpisah dengan
ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASInya dan diberikan kepada bayinya
dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak menggunakan dot karena akan
mempersulit bayi bila kembali menyusu (bingung puting). Untuk mengurangi
kemungkinan ibu belum memahami tata laksana laktasi yang benar, pada saat usia
kehamilan lebih dari 32 minggu ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi
untuk melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif.
6. Ibu ingin melakukan relaktasi
Relaktasi merupakan suatu
keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali.
Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan
bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman
melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali,
kita dapat menggunakan alat yang disebut ‘suplementer’.
Suplementer menyusui adalah
alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi menyusu pada
payudara yang kurang memproduksi ASI. Jenis suplementer yang tersedia, antara
lain cangkir dan slang plastik atau breast
feeding supplementer. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah
karena mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali
untuk memproduksi ASI ,Produksi ASI dapat bertambah
bergantung dari motivasi ibu dan keinginan bayi untuk menyusu kembali.Bila
produksi ASI sudah mencukupi, suplementer tidak perlu digunakan lagi.Makin lama
tidak menyusui, makin lama diperlukan penggunaan suplementer.
b. ASI terlalu deras
Karena payudara Anda penuh susu,
aliran ASI jadi tidak terkendali. Ini wajar terjadi pada minggu-minggu pertama
masa menyusui. Payudara kan sedang menyesuaikan produksi ASI-nya dengan
kebutuhan si kecil. Mengatasinya bisa dengan selalu memakai breast pads,
mengeluarkan sebagian ASI sebelum menyusui, sering-sering menyusui, dan
sebagainya.
E. Mastitis dan Abses
Mastitis
merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi
atau tidak.Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa
kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara.
Mastitis,
memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas
dan nyeri sekali.Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya
antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana
dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI
tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa
sakit
Abses,
memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan
terasa sangat nyeri.Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat.
Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan
antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit
F.Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupakan
alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali
bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan
ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja :
- Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
- Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.
- Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.
- Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”.
- Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
- Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat bertahan selama 2×24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.
- ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
- Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.